Amazing Grace (part 1)

Kamis, 28 Januari 2010

dimana aku?? mengapa mereka menangis??
jantungku berdebar kencang, aku memandang keseliling, ku lihat ditengah kerumunan, apa yang mereka tangisi??
sebuah makam..makam siapa ini?
terukir sebuah nama di nisan itu, Asti Wiryawan.
mama??!!!

*blarr...* kilat menyambar
Kania terbangun dari tidur siangnya yang tidak nyaman, kepalanya terasa berdenyut. "akh...kenapa mimpi ini semakin sering mendatangiku?". kania memegangi kepalanya yang terasa pusing.


sesaat kemudian terdengar suara seseorang mengetok pintu,
tok tok tok
" masuk" sahut kania dari dalam kamar
tante angela membuka pintu kamar, " Kan, ada keluargamu datang mencarimu"
kania sempat bingung, " keluarga?".
" om herman, pamanmu" tante angela menjelaskan.
"suruh dia pergi tante! kania tidak mau bertemu dengannya!" kania hendak kembali merebahkan dirinya.
tante angela masuk kekamar kania dan duduk di ujung ranjang, " Kan, kakekmu sedang sakit parah, saat ini ia ingin bertemu denganmu. temuilah dia"
kakek?? huh!! orang tua itu!!
kania membalikkan tubuhnya menghadap tembok, selama ini ia tidak pernah menolak apapun permintaan dari tante angela, tapi untuk yang satu ini ia tidak bisa.
"kania tante mohon, setidaknya bicaralah dulu dengan pamanmu" bujuk tante angela.
" bilang saja sama paman, saya akan mengunjungi kakek kalau kakek sudah didalam kuburan!" jawab kania pedas.

angela tahu benar bagaimana rasa pahit yang selama ini diakibatkan oleh keluarga asti. angela tidak lagi memaksa dan membiarkan kania sendiri.

sepeninggal tante angela, pikiran kania kembali melayang pada kejadian 14 tahun lalu,saat pertama kali rasa pahit itu mengambil bagian dalam hidupnya. asti ibu kania baru saja meninggal, kania tidak memiliki ayah, sehingga hak asuh kania kecil hendak diserahkan pada saudara asti, paman dan bibi kania. namun terjadi pertengkaran mulut diantara paman dan bibi kania.

"aku gak mau dibebani dengan anak itu! kalian tahu sendiri bisnisku gak berjalan lancar!aku gak bisa menanggung hidup satu orang lagi. yana kau saja yang pelihara anak itu", ceracau herman kakak tertua asti.
yana melirik tajam kearah kania kecil, " akh! anak gw sudah tiga! lagian gw takut rumah tangga gw kena kutuk gara gara anak pembawa sial ini!!"
" siska kamu saja yang pelihara anak itu!" yana melemparkan tanggung jawab kepada adik terkecilnya siska yang belum menikah,
"gw tinggal sama papa, kalian tahu sendiri papa dari dulu tidak pernah mengakui anak ini sebagai cucunya!kak asti meninggal saja papa tidak peduli. kalau ku bawa anak ini, aku bisa diusir dari rumah!" siska beralasan.

anak ini, anak itu... paman dan bibinya tidak pernah sekalipun menyebut nama kania kecil. keluarganya memperlakukannya seperti barang. kalau bukan karena tante angela, sahabat asti yang mau untuk mengambil beban merawat kania, mungkin saja ia sudah tidak ada lagi didunia ini.

sementara itu, tante angela sedang bercakap cakap dengan herman,
" man, maaf, kania masih tidak mau untuk bertemu dengan keluarga kalian, saya sungguh minta maaf" angela sengaja mengatakan sejujurnya karena ia tidak ingin herman terlalu berharap.

paman herman tidak bisa menyembunyikan kekesalan hatinya, "arogan sekali dia. kalau bukan karena desakan papa, aku tidak akan mau melakukan ini. angela, tolong bujuk kania. setidaknya lakukan ini demi asti yang sudah meninggal". setelah itu hermanpun pergi.
angela menatap dari jauh kepergian herman, "egois sekali hati kalian. dulu kalian yang mengusir kania, sekarang kalian juga yang memintanya untuk kembali". (continue...)

0 komentar:

Posting Komentar